Baru-baru ini 150 orang ditangkap di Amerika Serikat karena terlibat kejahatan prostisusi anak-anak. Di Jerman juga ada prostitusi anak-anak.
Prostitusi anak-anak juga terjadi di Jerman, hanya tidak diketahui seberapa luas. "Hampir tidak ada informasi tentang itu, sebab tidak ada fakta-fakta dan angka-angka," kata Mechtild Maurer, Ketua Kelompok Kerja Perlindungan Anak dari Eksploitasi Seksual, ECPAT.
Masalahnya, statistik yang dibuat polisi tidak lengkap. Memang ada keterangan tentang pelecehan seksual anak-anak, tapi tidak ada informasi tentang jaringan di belakang kejahatan itu. Prostitusi anak-anak memang dilakukan sangat tersembunyi. Tidak seperti praktek prostitusi biasa yang menggunakan apartemen sewaan atau kamar hotel.
Menurut organisasi Hydra di Berlin, ada sekitar 400.000 prostitusi di Jerman. Sekitar 10 persennya masih di bawah umur. Sangat sedikit informasi tentang pelaku yang memakai pelayanan prostitusi anak-anak.
Berasal dari Jerman
Banyak prostitusi di Jerman berasal dari Eropa Timur atau Afrika. Tapi banyak prostitusi anak-anak yang berasal dari Jerman. Organisasi bantuan Mitternachtsmission dari Dortmund memperkirakan, dua pertiga prostitusi remaja yang meminta bantuan mereka berasal dari Jerman.
Banyak prostitusi anak-anak yang melakukan kegiatan itu di samping kegiatan sekolah. Ada juga yang berasal dari lingkungan pecandu obat bius. Mereka terpaksa melakukan prostitusi untuk bisa membeli obat bius. Kebanyakan anak-anak ini tidak punya tempat tinggal yang tetap.
Ada beberapa cara bagaimana mereka terjerumus ke dalam praktek prostitusi. Ada yang dibujuk teman atau kerabatnya. Ada juga yang berkenalan dengan orang yang mereka anggap baik dan mereka kemudian dipaksa melakukan prostitusi.
Banyak Modus Menjerat Korban
Banyak pria yang menjerat perempuan muda ke praktek prostitusi dengan berpura-pura jadi pacarnya, kata Silvia Vorhauer dari organisasi Mitternachtsmission. "Mereka kebanyakan lelaki muda yang mencari gadis pubertas di sekolah-sekolah dan diskotik. Mereka punya cara elegan dan akhirnya membuat para perempuan itu tergantung secara emosional kepada mereka." Perempuan muda itu merasa jatuh cinta.
Setelah berhubungan, perempuan itu lalu diisolasi dari keluarga dan teman-temannya. Sang pacar menjadi makin penting dalam kehidupannya. Kemudian lelaki itu berpura-pura punya kesulitan atau punya utang. Si perempuan diminta membantu mencari uang dan akhirnya menjadi prostitusi.
Ada juga anak lelaki yang menjadi korban prostitusi. Mereka biasanya dipancing berkumpul di rumah sewaan. Rumah tempat berkumpul itu dilengkapi dengan komputer dan mainan elektronik. Para lelaki tua lalu membujuk anak-anak muda ini melakukan praktek seksual.
Sulit Untuk Keluar
Organisasi bantuan sulit menjalin kontak dengan korban prostitusi anak-anak. Biasanya keluarga mereka yang mulai curiga dan menghubungi organisasi bantuan. Tapi tidak mudah mengajak korban keluar dari jeratan prostitusi, karena mereka sering tidak peduli kalau dirinya sudah jadi korban prostitusi.
Anak perempuan dalam masa pubertas misalnya cenderung ingin memberontak terhadap norma-norma yang ada. Prostitusi mereka anggap sebagai pemberontakan dan tindakan mendobrak tabu, kata Silvia Vorhauer. Banyak perempuan yang menolak bantuan karena menganggap, orang lain hanya ingin merusak hubungan dia dengan "pacar" barunya. Padahal pacarnya justru yang menjerumuskan dia ke prostitusi.
Karena itu, kata Vorhauer, bantuan hanya bisa diberikan kalau anak-anak yang jadi korban benar-benar menginginkannya. Yang paling penting adalah, membangun kepercayaan mereka.
Masalahnya, statistik yang dibuat polisi tidak lengkap. Memang ada keterangan tentang pelecehan seksual anak-anak, tapi tidak ada informasi tentang jaringan di belakang kejahatan itu. Prostitusi anak-anak memang dilakukan sangat tersembunyi. Tidak seperti praktek prostitusi biasa yang menggunakan apartemen sewaan atau kamar hotel.
Menurut organisasi Hydra di Berlin, ada sekitar 400.000 prostitusi di Jerman. Sekitar 10 persennya masih di bawah umur. Sangat sedikit informasi tentang pelaku yang memakai pelayanan prostitusi anak-anak.
Berasal dari Jerman
Banyak prostitusi di Jerman berasal dari Eropa Timur atau Afrika. Tapi banyak prostitusi anak-anak yang berasal dari Jerman. Organisasi bantuan Mitternachtsmission dari Dortmund memperkirakan, dua pertiga prostitusi remaja yang meminta bantuan mereka berasal dari Jerman.
Banyak prostitusi anak-anak yang melakukan kegiatan itu di samping kegiatan sekolah. Ada juga yang berasal dari lingkungan pecandu obat bius. Mereka terpaksa melakukan prostitusi untuk bisa membeli obat bius. Kebanyakan anak-anak ini tidak punya tempat tinggal yang tetap.
Ada beberapa cara bagaimana mereka terjerumus ke dalam praktek prostitusi. Ada yang dibujuk teman atau kerabatnya. Ada juga yang berkenalan dengan orang yang mereka anggap baik dan mereka kemudian dipaksa melakukan prostitusi.
Banyak Modus Menjerat Korban
Banyak pria yang menjerat perempuan muda ke praktek prostitusi dengan berpura-pura jadi pacarnya, kata Silvia Vorhauer dari organisasi Mitternachtsmission. "Mereka kebanyakan lelaki muda yang mencari gadis pubertas di sekolah-sekolah dan diskotik. Mereka punya cara elegan dan akhirnya membuat para perempuan itu tergantung secara emosional kepada mereka." Perempuan muda itu merasa jatuh cinta.
Setelah berhubungan, perempuan itu lalu diisolasi dari keluarga dan teman-temannya. Sang pacar menjadi makin penting dalam kehidupannya. Kemudian lelaki itu berpura-pura punya kesulitan atau punya utang. Si perempuan diminta membantu mencari uang dan akhirnya menjadi prostitusi.
Ada juga anak lelaki yang menjadi korban prostitusi. Mereka biasanya dipancing berkumpul di rumah sewaan. Rumah tempat berkumpul itu dilengkapi dengan komputer dan mainan elektronik. Para lelaki tua lalu membujuk anak-anak muda ini melakukan praktek seksual.
Sulit Untuk Keluar
Organisasi bantuan sulit menjalin kontak dengan korban prostitusi anak-anak. Biasanya keluarga mereka yang mulai curiga dan menghubungi organisasi bantuan. Tapi tidak mudah mengajak korban keluar dari jeratan prostitusi, karena mereka sering tidak peduli kalau dirinya sudah jadi korban prostitusi.
Anak perempuan dalam masa pubertas misalnya cenderung ingin memberontak terhadap norma-norma yang ada. Prostitusi mereka anggap sebagai pemberontakan dan tindakan mendobrak tabu, kata Silvia Vorhauer. Banyak perempuan yang menolak bantuan karena menganggap, orang lain hanya ingin merusak hubungan dia dengan "pacar" barunya. Padahal pacarnya justru yang menjerumuskan dia ke prostitusi.
Karena itu, kata Vorhauer, bantuan hanya bisa diberikan kalau anak-anak yang jadi korban benar-benar menginginkannya. Yang paling penting adalah, membangun kepercayaan mereka.
No comments:
Post a Comment